Semua ayat Alquran itu diturunkan mengandung hal-hal yang logis, dapat dicapai
oleh pikiran manusia, tetapi ilmu Alquran itu diterangkan kepada orang-orang
berilmu disebutkan pada ayat 41/2, malah sudah dipermudah untuk pemikiran,
54/17, terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat, 3/7. Yang Muhkamat
yaitu pertunjuk hidup yang mudah dimengerti tersebut pada ayat 2/18S, sedangkan
yang Mutasyabihat adalah hal-hal yang susah dimengerti karena dia berupa
keterangan tentang pertunjuk dan harus diteliti dengan merangkaikan atau
menjalinkannya satu sama lain hingga dengan begitu terdapat pengertian khusus
tentang hal yang dimaksudkan. Karena Alquran itu mengandung keterangan tentang
seluruh persoalan seperti termaktub pada ayat 16/89 pada mana belum banyak yang
sudah ditemui manusia realitanya, maka itu bukan berarti Alquran itu tidak
boleh dianalisa tetapi menandakan daya penganalisaan masih sangat rendah.
Alquran sengaja diturunkan Allah untuk kepentingan hidup manusia umum, tentunya
semua ayat Alquran itu akan difahami maksudnya oleh manusia ramai hanya saja
haruslah ditunggu perkembangan peradaban. Sebaliknya orang dapat memakai
Alquran itu sebagai titik tolak untuk peningkatan peradaban, tetapi orang ini
sedikit sekali karena dia haruslah orang genius beriman yang memiliki daya
inisiatif yang besar. Hal ini pernah berlaku dulunya dan akan berlaku lagi di
masa mendatang. Walaupun banyak usaha kafir untuk meliputi dan menyelimutinya
tetapi sejarah akan membukakan bahwa Mukmin genius tadi telah meningkatkan
kesadaran umat untuk peradaban yang lebih tinggi. Ada orang bertanya tentang teknologi, tetapi
dia lupa bahwa teknologi adalah urusan manusia. Alquran bukan manusia tetapi
mengandung science atau hikmah selaku dasar untuk peningkatan teknologi itu.
Kini ditanyakan dapatkah persoalan Mi'raj dianalisa secara ilmiah, bisakah hal itu dicapai oleh pemikiran manusia? Secara tegas kita jawab: "dapat", malah bukan saja dapat dianalisakan tetapi juga akan terlaksana di antara manusia ramai pada tahun-tahun mendatang, sesuai dengan maksud ayat 55/33, 15/14, 65/12 dan ayat 84/19. Untuk manusia sebelum Noah dimana diterangkan bahwa mereka telah melakukan penerbangan antar planet berdasarkan ayat 71/25.
Yang menjadi pokok dasar tentang Mi'raj Muhammad sebagai yang terkandung dalam Alquran ialah ayat 17/1; Untuk memahami maksud ayat ini hendaklah dihubungkan dengan maksud ayat-ayat lain. Jarang sekali Alquran memberikan keterangan tentang sesuatu cukup dalam satu baris ayat suci saja, karenanya timbullah pendapat pada para ahli tafsir bahwa suatu ayat haruslah ditafsir dengan ayat lain. Ayat 17/1 ini dapat dihubungkan dengan ayat 17/60, 15/87, 10/39, 53/1 s/d 53/18, 81/23 dan beberapa ayat lainnya. Walaupun maksud ayat 17/1 itu telah kita muat sebelumnya tetapi agar lebih terang, baiklah kita ulangi sekali lagi:
17/1. Mahasuci DIA (Tuhan) yang memperjalankan hambaNYA suatu malam dari Masjidul Haraam (di Makkah) ke Masjidul Aqsha (di Muntaha) yang kami berkahi sekelilingnya (hamba itu) agar Kami perlihatkan kepadanya dari pertanda-pertanda Kami. Bahwa DIA mendengar dan Melihat.
Pada ayat suci ini terdapat beberapa istilah yang harus difahami dengan sesungguhnya tak mungkin diartikan sambil lalu saja. Istilah-istilag itu ialah :
a.
DIA yang memperjalankan. DIA dalam hal ini adalah ALLAH yang
menentukan dan yang memperjalankan dengan maksud memi'rajkan atau
memberangkatkan Muhammad dari Bumi ini. Dengan itu jelaslah Mi'raj itu bukan
kehendak Muhammad sendiri dan bukanlah dengan kepintaran yang ada pada Muhammad,
malah dengan keilmuan dan kekuasaan Allah yang memperjalankan.
b.
MEMPERJALANKAN istilah aslinya yaitu ASRAA BI. Dalam ayat
8/70 dan 8/67 terdapat pula istilah "Asraa" yang artinya
"tawanan", berupa kata-benda, noun atau isim. Dengan berbaik sangka
kita mengartikan "asraabi" pada ayat 17/1 itu dengan
"memperjalankan dalam penjagaan" sebagai kata-kerja, verb atau fi'il.
Hal ini dapat dibanding pada maksud ayat 26/52 dimana terdapat istilah yang
sama tetapi fi'il amar untuk memperjalankan Bani Israel dengan penjagaan untuk
menyeberangi Laut Merah.
Jadi ASRAA dalam ayat 17/1 bukanlah berarti perjalanan
antara Makkah dan Palestina, sebagai dikatakan orang, dan dari Palestina
dikatakan MI'RAJ sampai ke planet Muntaha, padahal ayat 17/1 tidak menyebut
istilah Mi'raj itu. Orang harus mengingat bahwa jarak antara Makkah dan
Palestina hanyalah sekira 1.000 mil dan jarak antara Makkah dan Muntaha lebih
dari pada 4.000 juta mil. Jika ayat 17/1 menyebut perjalanan yang 1.000 mil
saja maka itu berarti perjalanan yang 4.000 juta mil tidak berarti, tetapi hal
itu tidak mungkin jadi.Jadi bagaimana persoalan ini sebenarnya? Dalam
menceritakan kejadian yang telah berlaku, Muhammad memakai istilah MI'RAJ,
artinya NAIK, dari Makkah ke planet Muntaha. Hal ini wajar sekali karena beliau
memang telah terbang dari Bumi sebagai planet yang mengorbit di bahagian bawah
dalam daerah tatasurya kepada planet yang paling tinggi. Tetapi istilah Mi'raj
berarti Naik, hanya sekadar naik, dan istilah itu kurang lengkap karena jarak
antara Bumi dan Muntaha sangat jauh di mana terdapat kehampaan yang menyebabkan
kematian sebab ketiadaan udara untuk bernafas atau dibentur oleh meteorites
yang melayang. Karena itulah ayat 17/1 memakai istilah ASRAA yang artinya
"Memperjalankan Dalam Penjagaan". Dengan memakai istilah itu dapat
diyakinkan secara ilmiah bahwa Nabi dalam penerbangannya itu berada dalam
keadaan aman, tidak terancam oleh kekurangan udara karena dia dilingkupi oleh
suatu berkah yang sekaligus menyelamatkan dia dari benturan meteorites. Jadi,
dalam menerangkan penerbangan antar planet itu Nabi memakai istilah Mi'raj
sekadar dapat dimengerti oleh masyarakat umum di zaman hidupnya, tetapi ayat
17/1 memakai istilah Asraa yang mengandung pengertian ilmiah yang cocok untuk
dipakaikan di segala zaman di mana berlaku peradaban yang semakin tinggi.
c.
HAMBANYA adalah istilah yang mengandung pengertian HAMBA
dari DIA. Tentang DIA telah diterangkan pada sub a di atas tadi yang maksudnya
ialah ALLAH yang menguasai semesta raya ini. DIA mempunyai wewenang penuh dan
mutlak untuk memperlakukan sesuatu menurut kehendakNYA tanpa rintangan, maka
dalam ayat 17/1. DIA itu telah memperjalankan Muhammad dalam penjagaan, secara
patuh atau tidak, tetapi kejadian telah terlaksana menurut kehendakNYA.Istilah
HAMBA dalam ayat 17/1 mengandung pengertian berlakunya hukum ALLAH atas
seseorang yang tidak memiliki daya untuk membantah kehendakNYA. Di sini tidak
disebutkan nama seseorang itu, tetapi setelah kita meneliti ayat 17/1
sepenuhnya maka didapatlah ketentuan bahwa seseorang itu ialah Muhammad selaku
Hamba yang diperjalankan dalam penjagaan. Kenapa kita memahami istilah Hamba di
sini dengan Muhammad ? Alquran disampaikan oleh Muhammad yang bertempat tinggal
di sekitar Masjidul Haraam, sedangkan keterangan mengenai berlakunya Asraa itu
disebutkan dalam Alquran yang disampaikan Nabi itu. Di samping tiada pribadi
lain yang mungkin dimaksudkan oleh ayat 17/1 maka hanya Muhammadlah yang
memulai kenabiannya di Makkah, dialah yang menerangkan bahwa Asraa itu telah
berlaku atas dirinya, maka nyatalah yang dimaksud dengan hamba itu ialah
Muhammad sendiri.
d.
SUATU MALAM berarti penerbangan antar planet yang dialami
Muhammad itu telah terlaksana dalam masa satu malam saja, berangkat dari Bumi
ke planet Muntaha dan kembali lagi ke Bumi sebelum Surya terbit di timur jika
dilihat dari Makkah. Istilah Satu Malam ini menggambarkan betapa cepatnya
penerbangan itu telah berlaku, bukanlah kecepatan itu terkandung Dalam istilah
Asraa karena Asraa ini berarti memperjalankan dalam Penjagaan. Jarak sejauh
minimal 2 x 45 AU telah dilalui Muhammad dalam satu malam maka kecepatan yang
dipakainya tentu melebihi kecepatan gerak sinar karena jarak sejauh itu mungkin
dicapai sinar dalam 12 jam, sedangkan Muhammad mencapainya satu malam kurang
dari 12 jam. Persoalan kecepatan ini kita berikut.Kenapa Asraa itu malam hari,
kenapa berlakunya tidak siang hari? Kita harus menginsyafi bahwa jika orang
berangkat meninggalkan Bumi pada siang hari maka dia akan menjurus ke arah
Surya yang menjadi pusat orbit planet-planet. Hal itu berarti turun bukan naik,
karena semakin dekat kepada pusat orbit atau ke pusat rotasi maka itu berarti
turun, sedangkan Muhammad menyatakan beliau telah naik waktu mengalami Asraa
itu. Ayat 17/1 menyatakannya dari Masjidul Haraam di Bumi menuju Masjidul Aqsha
di Muntaha, yaitu semakin jauh dari Surya maka Asraa itu nyatalah naik. Kalau
orang naik dari Bumi menuju Muntaha hendaklah dia berangkat waktu malam yaitu
bergerak dengan menjauhi Surya selaku titik yang paling bawah dalam tatasurya, karena
itu juga ayat 17/1 memakai istilah Suatu Malam dalam hal Asraa atas diri
Muhammad. Kesimpulannya, istilah Suatu Malam itu mengandung dua maksud:
pertama, kecepatan terbang yang berlaku pada Asraa Muhammad melebihi kecepatan
sinar; kedua, gerak Asraa itu naik meninggalkan Bumi semakin menjauhi Surya dan
ini membenarkan keterangan Nabi mengenai Mi'raj yang berarti Naik.
e.
MASJIDUL HARAAM adalah di Makkah. Tidak ada suatu tempat di
Bumi ini yang bernama Masjidul Haraam, atau yang pantas dinamakan, kecuali yang
ada di Makkah itu. Kenapa Muhammad diberangkatkan dari tempat itu bukan dari
tempat lain saja misalnya? Masjidul Haraam mengandung arti yang sangat luas
terutama di bidang astronomi dan geologi. Tempat itu adalah kutub utara Bumi
dulunya sebelum topan Noah. Disana ada Ka'bah selaku pertanda kutub putaran
utara Bumi dulunya, didirikan oleh Ibrahim dan anaknya Ismael. Di sekitar
tempat itulah dulunya masyarakat manusia Bumi bertempat tinggal. Itulah tempat
terpenting di muka Bumi dan yang termulia, baik ditinjau dari segi ilmiah
maupun ditilik dari tuntunan agama Islam yang juga sebenarnya ilmiah. Dan
Makkah itulah yang oleh Alquran dinamakan ibu Kota di Bumi ini yang secara
historis dapat dibuktikan kebenarannya. Itulah Masjidul Haraam dari mana Allah memulai
Asraa atas diri Muhammad menuju planet terjauh dalam daerah tatasurya kita.
f.
MASJIDUL AQSHA tempatnya di Muntaha, derajatnya sama dengan
Masjidul Haraam di Bumi. Di tempat itulah dulunya kutub utara planet Muntaha
sebelum topan di zaman Noah, di sanalah tempat yang paling utama di Muntaha
sebagai tempat asal usul sejarah manusia yang kini telah berkembang mendiami
seluruh planet, di sanalah Ibu Kota masyarakat manusia planet itu yang kini
telah berbenua dan berpulau seperti keadaan permukaan Bumi. Planet itu telah
diubah bentuk permukaannya sejalan dengan topan besar yang beriaku di Bumi
waktu mana kutub-kutub planet berpindah tempat, sebagai termuat pada ayat
2/148, 53/16 jo.S3/54.Jadi bukanlah Masjidul Aqsha itu terletak di Palestina
sebagai dugaan penduduk Makkah sewaktu peristiwa Mi'raj disampaikan Nabi kepada
mereka.
g.
BARKAH DI SEKELILINGNYA. Istilah "di
sekelilingnya" yang termaktub dalam ayat 17/1 berarti di sekeliling
Muhammad. Hal ini dibuktikan oleh istilah lain berikutnya "untuk
diperlihatkan kepadanya". Jadi Barkah telah diadakan Allah di sekeliling
Muhammad dalam peristiwa Asraa itu. Apakah Barkah itu ? BARKAH adalah penjagaan
yaitu penjagaan yang melingkupi keluarga Ibrahim tersebut pada ayat 11/73, atau
yang menjaga Noah bersama pengikutnya dalam perahu hingga topan besar tidak
membahayakan atas mereka sedikit juga, tersebut pada ayat 11/48, atau penjagaan
atas Makkah seperti yang dimaksud oleh ayat 21/71 dan 21/81. Malah penjagaan
atau Barkah yang melingkupi Bumi ini seperti tercantum pada ayat 7/96 dan
7/137. Barkah itu berupakan Mar`a yang melingkupi diri Muhammad hingga beliau
tidak terbentur pada meteroities yang berlayangan di angkasa bebas serta
memiliki udara cukup untuk pernafasan selama berada di ruang angkasa
bebas.Barkah itu tentunya berupa ionosfir yang melingkupi planet, atau yang
pernah bergabung menjadi Nebula dan Comet dengan gerak layang lebih cepat
daripada sinar. Karenanya Barkah mengandung dua fungsi pada ayat 17/1; pertama,
menjaga Muhammad agar tidak cidera di angkasa bebas; kedua, untuk gerak cepat
hingga Nabi telah mengarungi angkasa luas sejauh minimal 45 AU dalam satu malam
saja. Jadi bukanlah Barkah itu ditentukan untuk Palestina sebagai pernah di
anggap oleh sementara orang, dan bukanlah Barkah itu sebagai hewan yang
dikendarai Nabi dalam Asraa itu. Boraq berarti kilat; Jika Nabi bergerak dengan
kecepatan sinar atau kilat, beliau akan kesiangan sampai di Bumi menyalahi
ketentuan satu malam sebagai dimaksudkan oleh 17/1, Jika Nabi memakai hewan
yang bernama Boraq maka ini akan lebih tidak mungkin, karena Nabi dan hewan
yang dikendarainya itu akan binasa di angkasa bebas atau sebaliknya tak mungkin
keluar dari daerah atmosfir Bumi.
h.
DIPERLIHATKAN kepadanya berarti Muhammad melihat dengan mata
sendiri yaitu mata konkrit bukan dalam mimpi, begitu pula diperlihatkan kepada
Ibrahim yang mengalami Mi'raj tersebut pada ayat 6/75. Karena Muhammad Mi'raj
dengan tubuh kasarnya untuk itu diperlukan adanya Barkah, maka Barkah ini juga
membuktikan bahwa Nabi dalam Mi'raj itu telah berangkat dari Bum! dengan tubuh
kasarnya, karena itu pantaslah dia dapat melakukan penglihatan dengan kedua
matanya yang konkrit. Jadi Mi'raj itu telah berlaku dengan tubuh konkrit, baik
yang berlaku pada Ibrahim maupun yang berlaku pada Muhammad, bukanlah mimpi dan
bukanlah rohnya saja yang tidak mungkin melakukan penglihatan.
i.
PERTANDA-PERTANDA KAMI yaitu pertanda-pertanda kebesaran
Allah, istilah aslinya AAYAAT, jamak dari Aayah. Banyak sekali Aayat Allah
seperti hujan yang turun membasahi Bumi, kapal yang berlayar di lautan adalah
Aayat termuat pada ayat 2/164. Keberangkatan Isa Almasih bersama ibunya dari
Bumi juga Aayah seperti pada 23/50, dan penciptaan planet-planet dan Bumi serta
pergantian siang dan malam juga Aayah tersebut pada 3/190.Maka kepada Muhammad,
juga kepada Ibrahim pada ayat 6/75, diperlihatkan berbagai tanda kebesaran
Allah, bukan semuanya tetapi baru sebahagian. Kepada Nabi diperlihatkan
sebahagian dari tanda kebesaran Tuhannya yang memperjalankannya dalam
penjagaan. Semakin jelaslah bagi Nabi betapa susunan tatasurya kita dimana 10
planet beredar keliling Surya selaku titik pusat dan yang paling bawah; Bahwa
semua planet itu sengaja diciptakan Allah untuk tempat kehidupan manusia ramai
yang berasal dari satu diri, sebagai yang dimaksud oleh ayat 20/6, 65/12, 42/29
dan 7/189; Bahwa manusia pertama itu dulunya hidup di sekitar Masjidul Aqsha di
Muntaha sebagai dimaksud oleh ayat 53/15 dan 3/96; Bahwa anak cucu dari manusia
Muntaha itu ada yang dipindahkan ke Bumi untuk jadi nenek moyang manusia Bumi
seperti dimaksudkan oleh ayat 2/38, 6/133 yaitu Adam bersama
isterinya.Diperlihatkan kepada Nabi betapa tatasurya ini bagaikan satu noktah
kecil di antara jutaan milyar tatasurya lainnya yang dikatakan sebagai 'ARSY
Tuhan; Nyatalah bagi Nabi bahwa dulunya di zaman Noah telah berlaku topan besar
yang merobah bentuk permukaan setiap planet, memindahkan kutub-kutubnya ke
tempat baru sebagai keadaannya kini, menimbulkan pergantian musim yang semakin
pendek dan daerah kutub semakin meluas sebagai yang dimaksud oleh ayat 54/15
dan 13/41.Dan akhirnya, semua pertanda kebesaran Allah itu tidak mungkin
diperlihatkan hanya dengan mimpi tetapi diperlihatkan kepada mata konkrit dan
ini menentukan bahwa Nabi dalam Mi'raj itu pergi dengan tubuh kasarnya, rohnya
dan kesadarannya.Istilah KAMI di ujung Pertanda-pertanda itu membuktikan daerah
kekuasaan Allah yang tersusun rapi di mana segala sesuatu berlaku menurut
Kekuasaan Allah yang tersusun rapi di mana segala sesuatu berlaku menurut
ketentuanNYA. Itulah daerah hukum yang amat luas hingga jutaan milyar benda
angkasa bertindak tanpa robah menuruti hukum yang ditentukan pada
masing-masingnya. Keadaan itulah yang menjadi alasan kenapa Allah memakai
istilah KAMI pada beberapa ayat, bukanlah hal itu menandakan penguasa itu
banyak. Jadi istilah KAMI dipakai dalam ayat 17/1 memberikan bukti kebesaran
dan keluasan daerah kekuasaan Allah.
j.
DIA
MENDENGAR DAN MELIHAT, bahwa Allah, selaku pencipta ESA sebagai dibicarakan
mengenai istilah KAMI di atas, senantiasa melihat, mendengar, memperhatikan dan
menentukan setiap gerak tindak zahir bathin dari seluruh wujud di semesta raya.
Semua itu senantiasa berjalan dengan cara yang wajar melalui garis kasaulita.
Tidak satupun yang terlepas dari ketentuan Allah walaupun gerak hati dalam dada
setiap diri, dan dengan itu pula DIA dapat menentukan dengan ramalan pasti atas
apa-apa yang akan berlaku nantinya di dunia fana sampai ke akhir masa wujud
semesta raya. Tentang ini banyak terdapat ayat suci yang menentukan, utamanya
ayat 22/5,54/49, 18/84, 57/22 dan 76/30.
0 komentar:
Posting Komentar