Seseorang
mempunyai jiwa sukses apabila dia tidak suka mengeluh dan tanpa mengenal lelah
melakukan daya upaya untuk meraih cita-citanya. Indonesia sebagai bangsa yang
berembang, ingin maju dan sukses, harus meyakini bahwa jalan terbaik untuk
meraih sukses adalah dengan ilmu. Dengan ilmu kesuksesan akan kita peroleh.
Ilmu merupakan kunci sukses tidak hanya untuk kepentingan di dunia tetapi juga
untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Dalam hadis disebutkan
bahwa barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia maka dengan
ilmu. Barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan di akhirat maka dengan
ilmu. Barang siapa yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat
maka dengan ilmu. Cara untuk memperoleh ilmu adalah dengan belajar. Kunci
kesuksesan belajar adalah membaca dan salah satu sarana belajar adalah
perpustakaan.
Ya . . , inilah tekat yang tertanam didalam benakku saat
pertama kali kaki ini beranjak di yogyakarta, sebuah kota pendidikan dengan
berbagai mahasiswa dari sabang sampai merauke ada disini. Dalam keadaan
kekurangan menjadikan diri ini lebih berfikir bagaimana caranya untuk
mengembangkan diri dan sukses. Ini merupakan tantangan tersendiri yang
menjadikan kebiasaan untuk dihadapi. Meskipun tidak ada tujuan khusus pergi ke
jogja, namun ada satu hal penting yang ingin saya lakukan. Belajar beajar dan
belajar sampai mati karna ini memang tugasku dari Tuhan.
Teringatkan aku saat pertama kali ibuku bilang kepadaku
pada SMP kelas dua. ”ma’af nak, bapak dan ibu tidak bisa membiayai sekolah kamu
karna kebutuhan keluarga yang meningkat dan penghasilan yang menurun”. Namun
diri ini lantang menegur ”Allah yang menciptakan makhluknya bu, Allah
menciptakan bertrilyun-trilyun makhluknya dan Allah sudah mencukupkan riski
bagi kita, masak Allah nyukupin kita aja gak bisa, itu hal kecil bagi Allah
untuk mencukupkan kita. Allah juga yang menyuruh manusia menggali ilmu sampai
ke negeri cina dan liang lahat. Allah pasti bisa memberikan jalan bagi umatnya
yang bersungguh-sungguh. Man jadda wajada, Siapa yang bersungguh-sungguh dia
akan berhasil.” dan Allah menjawab tantanganku saat di SMP kelas 2 dan kelas 3
saya mendapatkan beasiswa setengah tahun di kelas 2 dan setengah tahun di kelas
3. Memang ironis saat ijasahku tidak bisa diambil karena kekurangn pembayaran
di kelas 2 dan 3, namun ada jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh. Ketika
saya memutuskan untuk pergi ke jakarta untuk bekerja, hanya bertahan satu
minggu saya harus pulang untuk memenuhi panggilan bapakku yang memberikan alibi
untuk menyelesaikan administrasi di smp, namun hanya alibi karna beliau tidak
sanggup melihat anaknya bekerja di usia dini. Kebingungan melanda saat
pengumuman kelulusan dimana surat pengumuman tidak dapat diambil karena
tunggakan pembayaran, namun perjuangan tidak hanya saampai segitu saja, saya
mencari tahu berapa anak yang tidak lulus dan saya menghitungnya sampai akhir
penghitungan saya hanya menemukan 6 suara tidak lulus dari 9 anak. Saya pergi
konvoi dengan teman-teman padahal saya sendiri gak tau saya lulus atau tidak.
Malah saat saya pulang saya ditanya dari mana saya cuman bilang dari konvoi
lulus, ”memangnya kamu lulus hen...??”. ”saya gak tau bu” jawabku sambil
tertawa terbahak-bahak. ”Ya, memang lucu bagi saya sendiri. Saya bahagia karna
indahnya hidupku, penuh dengan teka-teki dan misteri, tidak semua orang
dianugerahan cerita menarik seperti saya” pikirku. Namun jawaban menghampiriku
saat penyidikan lewat komunikasi handphone berjalan. Akhirnya suara tidak lulus
itu genap 9 anak, dan itu artinya saya lulus. ”hahahahahaaaa...gak ada
teman-teman yang tau kenapa saya tanya siapa yang lulus, bagi mereka itu hanya
simpati terhadap teman-teman, padahal selain simpati masih ada misi lain
dibalik itu, ya... tentang nasibku....”.
Akhirnya malaikat datang, sang Kyai dari desaku
menawarkan sekolah MA dan memperjuangkan nasibku, beliau mengambilkan syarat-syarat
untuk meneruskan sekolah dan mengirimkan saya ke Madrasah aliyah Salafiyah
Syafi’iyah di daerah Proto, Kedungwuni, Pekalongan. Dan semakin sujud syukurku
saat pemindahan itu didukung oleh kepala sekolah dar SMP saya sehingga
memuluskan perjalananku di MA. Saya dimasukkan tanpa syarat dengan tanpa
membayar sepeserpun bulanan sampai saya lulus, terkecuali hal-hal yang itu
diluar wewenang bapak kepala Madrasah Aliyah seperti pembayaran ujian dan
semesteran.
Pembelajaran 3 tahun di MA sama dengan perjuangan di SMP,
setiap hari gak ada uang saku, kalo ada dikasih kalo gak ada ya berangkat aja,
malahan uang saku lebih sering saya dapat dari hasil menjadi makelar dari teman
ke teman. Sampai akhirnya 3 tahun itu terlewat,
meskipun dulu saya sering nakal, akan tetapi hal yang bisa saya lakukan adalah
mengorganisir teman-teman agar mempertahankan kelulusan 100% dari
prestasi-prestasi sebelumnya. Mengingat angkatan saya adalah angkatan yang
paling parah sejak pertama kali MA berdiri. Banyak anak-anak nakal dan termasuk
saya lebih bergaul dengan mereka. Saat kakak kelas kita tidak lulus satu orang,
namun itu menampar saya untuk menghadiahkan kelulusan bagi kepala sekolah yang
sudah menyekolahkan saya. Meskipun saat itu saya tidak memikirkan saya sendiri
dan lebih mengontrol teman-teman saya saat ujian, hal ini membuat nilai saya
drop. Namun saya bangga karena atas kuasa Allah hal itu dapat terwujud.
Setelah lulus MA saya ingin bekerja satu tahun untuk
membantu perekonomian keluarga dan setelah itu kuliah, meskipun itu hanya
sebuah keinginan namun ini mimpi dan saya yakin itu akan terjadi lewat tangan
Tuhan. Saya sempat bekerja di pabrik batik dan konveksi celana panjang,
sehingga saya tahu semua tentang batik dan tentang jahitan pakaian. Dan...
jalan itupun datang, lagi-lagi dari kepala sekolah MA dan kepala pembimbing MA
serta Pak Kyai yang mendatangiku untuk menawarkan kuliah di jogja dengan
mengabdi seorang notaris. Mungkin inilah jalanku dan saya harus memenuhi
panggilan kesuksesan. Akhirnya saya pun bisa kuliah, saya tidak tahu saya mau
masuk jurusan apa, saya hanya ingin kuliah dan mengabdi untuk negara suatu saat
nanti. Membagi ilmu adalah cita-citaku yang sesungguhnya. Dan atas rekomendasi
bapak notaris, saya dimasukkan ke jurusan ilmu perpustakaan. Hari itu berjalan
sesuai kehendak, namun saat masalah menggoncang dan rasa ketidaknyamanan akan
lobang-lobang yang ada di ranah hukum notaris, membuat saya harus berdiri
sendiri untuk mencari kehalalan atas apa yang saya pakai untuk membantu kuliah
saya. Setelah saya keluar, saya mulai bekerja di sebuah resto depot Laris-i,
namun itu tidak memenuhi kebutuhan saya dan akhirnya saya terjun ke pasar untuk
berdagang sesuai dengan pekerjaan Rasulullah SAW sampai sekarang.
Setiap kesuksesan tidak datang dengan tiba-tiba, namun
harus disertai dengan perjuangan agar kita lebih menghargai dengan apa yang
kita dapatkan dari perjuangan itu. Bagi saya kesuksesan adalah saat kita
menjadi apa yang kita inginkan, saat kita bisa berbagi dengan apa yang kita
dapatkan dan mengamalkan dari ilmu-ilmu Tuhan. Kesuksesan bukanlah mereka yang
mempunyai penghasilan yang banyak, namun kesuksesan lebih kepada apa yang bisa
membuat kita senang menjalaninya dan menjadikan hal-hal yang kita suka menyatu
dalam kehidupan kita. Dimana kita bisa meraihnya, itulah kesuksesan.
Saya bangga menjadi bakal seorang pustakawan yang
mempunyai tugas penting dalam hidup dari Tuhan dan Negara. Allah berfirman
dalam ayat-NYA yang pertama BACALAH, dan masih banyak firman Allah untuk
menyampaikan wahyunya dan memeliharanya. Nabi Muhammad bersabda ”sampaikanlah
Sunnahku walaupun hanya satu ayat.” dan banyak hadits tentang Perpustakaan an
kegiatan-kegiatan perpustakaan. Didalam pembukaan undang-undang dasar indonesia
terpampang jelas pilar yang paling utama mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini
merupakan panggilan hidup untuk meraih kesuksesanku. Karna sejauh ini saya
sudah merasa sukses sudah bisa menjadi calon pustakawan dan generasi yang taat
pada Allah, Rasul dan Negara.
Memang didepan masih banyak perjuangan yang harus kita
hadapi, namun itulah tugas kita agar kita rajin dan mengerti masyarakat dan
memudahkan untuk mewujudkan mimpi kita. Bila kita lihat memang indonesia
berbeda jauh dengan negara-negara maju. Perbedaan yang signifikan minat budaya
baca kita. Coba kita lihat kebiasaan membaca di negara–negara maju seperti : Inggris,
Amerika, Jerman, Belanda, Jepang yang sudah sering kita dengar. Dimanapun
mereka berada selalu mempergunakan waktu luangnya untuk membaca. Ketika mereka
sedang menunggu di halte bus, di stasiun atau sedang menempuh perjalanan sudah
tidak asing lagi bagi mereka memanfaatkan waktunya untuk membaca. Bandingkan
keadaan tersebut dengan keadaan di Indonesia. Kita lihat di terminal, di
stasiun, bahkan di bandara pemandangan demikian hampir tidak pernah kita
jumpai. Ketika orang Indonesia sedang berada di tempat tersebut di atas, mereka
kebanyakan menggunakan waktu luangnya untuk bercerita, merokok atau bahkan
bengong semata.
Budaya baca masyarakat Indonesia memang masih
sangat memprihatinkan. Banyak faktor kenapa keadaan yang memprihatinkan masih
terjadi ? Alasan pertama adalah budaya yang sudah ada secara turun menurun
adalah budaya ceritera bukan budaya baca dan perkembangannya menuju kearah
budaya menonton (televisi). Kedua adalah penghasilan kebanyakan masyarakat
Indonesia masih rendah sehingga buku masih dianggap barang mahal. Ketiga adalah
sistem pendidikan Indonesia belum menunjang tumbuhkembangnya budaya baca karena
orientasinya masih membaca untuk lulus bukan membaca untuk pencerahan sepanjang
hidup. Keempat adalah keberadaan perpustakaan yang belum memadai. Kesan
masyarakat umum tentang perpustakaan masih dianggap sebagai tempat yang serius
dan menyebalkan. Tentunya masih banyak alasan yang dapat kita daftar kalau kita
ingin bicara tentang penghambat perkembangan budaya baca di Indonesia. Walaupun
terkadang alasan tersebut tidak didasarkan pada penelitian yang memadai dan
hanya didasarkan pada asumsi. Namun inilah realita pekerjaan yang menunggu.
Meskipun sudah sukses menjadi calon pustakawan, namun saya juga akan lebih sukses setelah saya
menjadi pustakawan yang sesungguhnya nanti. Keep Spirit...!! J
0 komentar:
Posting Komentar