Jumat, 19 April 2013

Logika Materialisme



BAB I
A.   PENDAHULUAN
Logika dalam kaitannya dengan filsafat merupakan cabang yang membahas tentang tata cara berfikir. Filsafat berusaha untuk memahami watak dari pemikiran yang benar dan mengungkapkan cara berfikir yang sehat. Satu hal yang kita jumpai dalam seluruh sejarah filsafat adalah ajakannya kepada akal, argumentasi dan logika.
Kita semua memakai argumentasi dalam kehidupan sehari-hari untuk menopang pendapat kita atau menolak pendapat orang lain yang tidak cocok bagi kita. Argumentasi harus mempunyai dasar yang sehat dan masuk akal. Tugas untuk menciptakan ukuran untuk menetapkan manakah argumen yang benar (valid) dan yang tidak benar adalah termasuk dalam cabang filsafat yang dinamakan logika. Logika adalah pengkajian yang sistematis tentang aturan-aturan untuk menguatkan sebab-sebab yang mengenai konklusi (kesimpulan), aturan-aturan itu dapat kita pakai untuk membedakan argumen yang baik dari argumen yang tidak baik.
  Logika sendiri mempunyai banyak variasi. Logika berfungsi untuk mencegah adanya kesesatan berfikir. Logika terbagi menjadi beberapa aliran, seperti Materialisme, Positivisme, Pragmatisme dan lain-lain.

                                                           
 
BAB II
B.   PEMBAHASAN

A.    Pengertian Materialisme
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak pada materi (benda)[1]. Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide itu skunder, sebab materi lebih dulu ada, baru muncul ide. Pandangan ini berdasarkan atas kenyataan menurut waktu dan zat. Misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada. Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baru muncul ide. Seperti kata Marx “ bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran. Maksudnya sifat atau fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat sekelilingnya ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
Materialisme pada umumnya menganggap bahwa  dunia ini tak ada selain materi, atau  nature (alam) dan dunia fisik adalah satu[2]. Pada abad pertama masehi faham ini tidak mendapat tanggapan yang serius, dan pada abad pertengahan orang masih menganggap asing terhadap faham ini. Baru pada zaman Aufklarung (pencerahan), materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di Barat disebabkan dengan faham ini, orang-orang merasa mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam.
Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-dalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini mendapat tanggapan yang keras dan hebat dari kaum agama di mana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini menganut budi masyarakat. Pada masa ini, kritik pun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang materialisme.
Adapun beberapa kritik yang dilontarkan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau balau). Padahal, kata Hegel, kacau balau yang mengatur bukan kacau balau namanya.
b.      Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan ruhani juga.
c.       Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
d.      Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian ruhani yang paling mendasar sekalipun.[3]
Diantara tokoh aliran ini adalah Anaximenes (585-528), Anaximandros (610-545), Thales (625-545), Democritos (460-545), Thomas Hobbes (1588-1679), Lamettrie (1709-1715), Feuerbach (1804-1877), Spencer (1820-1903), dan Karl Marx (1818-1883).
            Materialisme kadang-kadang disamakan orang dengan naturalisme[4]. Sebenarnya ada sedikit perbedaan di antara dua faham ini. Naturalisme adalah aliran filsafat yang menganggap alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada (Tuhan yang di luar alam tidak ada). Sedang yang dimaksud alam (natural) adalah segala-galanya, alam meliputi benda dan roh. Jadi benda dan roh sama nilainya yaitu dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilai benda dan roh seperti dalam naturalisme. Meskipun begitu materialisme dapat dianggap sebagai suatu penampakan diri dari naturalisme.
              Biasanya materialisme juga disangkut-pautkan dengan teori atomistik (atomisme) dalam bentuknya yang kuno (klasik). Menurut teori ini semua benda tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap, tak dapat dirusakkan. Dan bagian-bagian yang kecil daripada unsur-unsur itulah dinamakan atom-atom.
Sedangkan materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan material yang tak terbatas. Alam, termasuk di dalamnya segala materi dan energi (gerak atau tenaga) selalu ada dan akan tetap ada, dan bahwa alam (world) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, material, objectif, yang dapat diketahui oleh manusia. Materialisme modern mengatakan bahwa materi ada sebelum jiwa (mind), dan dunia material adalah yang pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.
Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah menarik karena kebanyakan orang sangat banyak hubungannya dengan benda-benda material, dan suatu filsafat yang menganggap bahwa hanya benda-benda itulah yang riil tentu mempunyai daya tarik bagi banyak orang. Problema mencari makan, pakaian, dan tempat tinggal adalah problema yang selalu ada[5]. Dari titik tolak ini dengan sangat mudah orang percaya bahwa benda-benda material adalah satu-satunya yang riil dalam kehidupan, satu-satunya yang sungguh menentukan.
Menurut materialisme mekanik, akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk-bentuk behavior (tindak-tanduk makhluk hidup). Karena itu, psikologi menjadi suatu penyelidikan tentang behavior, dan akibatnya, otak dan kesadaran dijelaskan sebagai tindakan-tindakan otot, urat syaraf dan kelenjar-kelenjar. Proses-proses tersebut kemudian dapat dijelaskan dengan fisika dan kimia. Akhirnya, nilai dan ideal hanya menjadi cap subyektif bagi situasi dan hubungan-hubungan fisik.
Bagi seorang pengikut aliran materialisme mekanik, semua perubahan di dunia, baik perubahan yang menyangkut atom atau perubahan yang menyangkut manusia, semuanya bersifat kepastian semata. Terdapat suatu rangkaian sebab musabab yang sempurna dan tertutup. Rangkaian sebab musabab ini hanya dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip sains alam semata, dan tidak perlu memakai ide seperti “maksud” (purpose). Materialisme mekanik adalah doktrin yang mengatakan bahwa alam itu di atur oleh hukum-hukum alam yang dapat dituangkan dalam bentuk-bentuk matematika jika data-datanya telah terkumpul. Ia adalah corak metafisik yang memperluas konsep “mesin” dan menekankan sifat mekanik dari segala proses baik organik maupun in-organik. Seorang pengikut aliran materialisme mekanik berpendirian bahwa semua fenomena dapat dijelaskan dengan cara yang dipakai dalam sains fisik, ini berarti bahwa konsep mekanisme, determinisme dan hukum alam mempunyai aplikasi yang universal. Dasar-dasar materialisme di bentuk oleh sains matematika dan fisika. 
DEMOCRITUS
Democritus adalah seorang filosof Yunani Kuno yang hidup sekitar tahun 460-370 SM. Ia adalah atomis yang pertama, materialis yang pertama dan perintis sains mekanik[6]. Ketika ditanya tentang dari apa alam ini dibuat ia menjawab, alam terdiri dari dua bagian. Pertama adalah atom, bagian yang sangat kecil sekali dan tak terbatas jumlahnya, mempunyai kwalitas yang sama tetapi mengandung perbedaan yang bermacam-macam tentang besar dan bentuknya. Kedua adalah ruang kosong di mana atom-atom tersebut bergerak. Atom adalah terlalu kecil untuk dilihat dengan mata, dan tak dapat rusak, menggabungkan diri berkombinasi dengan cara bermacam-macam membentuk manusia, binatang, tanaman, batu-batuan dan sebagainya. Democritus adalah seorang rasionalis yang mengatakan bahwa akal itu tahu benda-benda secara benar. Persepsi benda hanya memberi pengetahuan yang relatif. Democritus dinamakan “Laughing Philosopher” karena wataknya yang selalu gembira serta pendapatnya bahwa kegembiraan dan kesederhanaan adalah kunci kepada kehidupan yang bahagia. Ia adalah salah satu dari beberapa pemikir yang memiliki patung perunggu yang dibuat sewaktu ia msih hidup, dan yang jenazahnya dikubur secara kebesaran atas biaya negara.
Materialisme dialetik
Materialisme dialetik timbul dari perjuangan sosial yang hebat, yang muncul sebagai akibat dari revolusi industri. Ide tersebut banyak kaitannya dengan Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895), dan telah menjadi filsafat resmi dari Rusia dan RRC. Doktrin Marx dan Engels telah diberi tafsiran dan diperluas oleh Lenin, Stalin, Mao tse tung dan lain-lainnya. Disini pembahasannya tentang materialisme dialetik sebagai pendirian metafisik dan tidak akan membicarakan pandangan-pandangan dan praktek-praktek pemerintah di Rusia, Cina dll.
 Materialisme dialetik tidak sama dengan materialisme mekanik. Dan untuk memahami materialisme dialetik, kita perlu menelusuri kembali ide-idenya George Hegel (1770-1831). Hegel, seorang idealis yang tulisannya mempengaruhi Marx, berpendapat bahwa alam ini adalah proses menggelarnya fikiran-fikiran. Dari situlah timbul proses alam, sejarah manusia, organisme dan kelembagaan masyarakat. Bagi Hegel, materi adalah kurang riil daripada jiwa, karena fikiran atau jiwa adalah esensi dari alam. Marx menolak idealisme Hegel. Ia membalikkan filsafat Hegel dan mengatakan bahwa materilah (bukan jiwa atau ide) yang pokok. Materi, khususnya yang diperlihatkan oleh organisasi ekonomi dari masyarakat serta cara-cara produksi, menentukan kelembagaan politik dan sosial dari masyarakat. Kemudian hal tersebut mempengaruhi pemikiran filsafat, etika dan agama.
Marerialisme  Dialektis adalah salah satu jenis logika yang dinisbatkan kepada Hegel dan Marx. Mereka dipandang berupaya membuktikan tiga hukum berpikir, yaitu tesis, antitesis, dan sintesis. Dari hukum itu mereka mengembangkan suatu logika yang disebut  “logika menjadi” (logic of becoming). Walaupun Marx dan Engels menolak idealisme Hegel, tetapi mereka menerima metodologi filsafatnya dan juga menerima dialetik, mereka mengatakan bahwa memang orang-orang Yunani kunolah yang menemukannya, akan tetapi Hegel-lah yang menjelaskan untuk pertama kali secara sempurna. Kekeliruan Hegel, menurut Marx dan Engels adalah karena Hegel menyajikannya dalam bentuk mistik. Jika dibebaskan dari bentuk mistiknya dan dibalikkan maka anggapan bahwa perkembangan sejarah adalah dialetik akan merupakan kebenaran yang mendalam.
Menurut Materialisme dialetik, manusia dapat mempengaruhi kehidupannya sendiri, dan juga mempengaruhi sejarah sampai batas tertentu. Kehidupan berasal dari benda-benda inorganik, dan manusia adalah suatu bagian dari alam. Oleh karena itu, manusia dan binatang berbeda hanya dalam tingkat dan tidak dalam esensinya. Manusia dapat mempergunakan bagian lain dari alam untuk keperluan-keperluannya. Ialah satu-satunya makhluk yang dapat mengganti kondisi kehidupannya, dan ikut membikin sejarahnya. Tetapi pendorong untuk tindakan tidak terdapat dalam ide atau dalam keinginan seseorang atau dalam otak seseorang, akan tetapi dalam pokoknya terdapat dalam proses produksi dan hubungan kelas masyarakat.
 Materialisme historis
Materialisme historis mengungkapkan konsep Marxisme yang sempurna tentang sejarah, masyarakat dan hukum-hukum susunan serta perkembangan masyarakat[7]. Karena itu, materiaime historis memperlakukan ide-ide dan pengetahuan umum manusia sebagai suatu bagian dari susunan masyarakat manusia
Ide pokok materialisme historis adalah bahwa kondisi ekonomi yang ditentukan oleh sarana produksi adalah rasa real masyarakat dengan segala seginya. Karena itu, segala fenomena kemasyarakatan timbul dari segi ekonomi, dan berkembang mengikuti perkembangan ekonomi. Di Inggris misalnya, ketika keadaan ekonomi berubah dari feodalisme ke kapitalisme, dan mesin giling uap menggantikan mesin giling angin, berubahlah semua kondisi kemasyarakatannya, dan beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang baru.
Dari kondisi yang seperti itu, maka wajar jika materialisme historis menghubungkan pengetahuan manusia secara umum dengan kondisi ekonomi juga, karena pengetahuan adalah bagian dari struktur masyarakat yang semuanya bergantung pada faktor ekonomi. Jadi fikiran manusia adalah cerminan mental dari kondisi ekonomi dan hubungan-hubungan yang dilahirkan oleh kondisi seperti itu. Maka pikiran manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan hubungan itu.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Materialisme adalah aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide itu skunder, sebab materi lebih dulu ada daripada ide. Pandangan ini berdasarkan atas kenyataan menurut waktu dan zat. Misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada.
Aliran ini terbagi menjadi beberapa macam, yakni :
a.      Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah menarik karena kebanyakan orang sangat banyak hubungannya dengan benda-benda material, dan suatu filsafat yang menganggap bahwa hanya benda-benda itulah yang riil tentu mempunyai daya tarik bagi banyak orang. Seperti mencari makan, dll. akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk-bentuk behavior (tindak-tanduk makhluk hidup).
b.      Materialis Dialektik
bahwa alam ini adalah proses menggelarnya fikiran-fikiran. Dari situlah timbul proses alam, sejarah manusia, organisme dan kelembagaan masyarakat.
c.       Materialis Historis
Ide pokok materialisme historis adalah bahwa kondisi ekonomi yang ditentukan oleh sarana produksi adalah rasa real masyarakat dengan segala seginya.
Tokoh aliran Materialis antara lain : Anaximenes (585-528), Anaximandros (610-545), Thales (625-545), Democritos (460-545), Thomas Hobbes (1588-1679), Lamettrie (1709-1715), Feuerbach (1804-1877), Spencer (1820-1903), dan Karl Marx (1818-1883).



DAFTAR PUSTAKA
Ø  Bakry Hasbullah, Sistematik  Filsafat, Jakarta :  PT Widjaja, 1986
Ø  Titus H. Harold, dkk,  Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1984
Ø  Baqir Ash-Shadr,  Muhammad , Falsafatuna , Jakarta : Mizan1993
Ø  Maksum, Ali, Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Ar Ruzz Media, 2008.
Ø  www.wikipedia.com


[1] www. Wikipedia.com, download hari Jum’at ( 06 / 05 / 11 )
[2] Harold H.Titus, dkk,  Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1984. hal. 293
[3] Maksum Ali, Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Ar Ruzz Media, 2008. Hal. 355
[4] Hasbullah, Bakri, Sistematika Filsafat, Jakarta, Widjaja, 1986 . hal. 52
[5] Op.cit, hal. 294
[6] Ibid, hal. 300
[7] Muhammad, Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna , Jakarta : Mizan 1993. Hal. 104

0 komentar: