“gebey apa a sakola, tak kera dheddi presiden keya, embi’ tak kera a
budu’ sape” (buat apa sekolah, gak bakalan jadi presiden juga, kambing gak
bakalan beranak sapi). Kalimat seperti itulah yang sering saya temui di
kalangan masyarakat pedalaman madura yang tergolong awam tentunya, atau mungkin
juga kerap kali terlontar oleh penduduk-penduduk lain di luar madura yang
tinggal di pedalaman dan belum pernah menjalani proses apalagi menikmati hasil
pendidikan. Anak seoarang petani tidak akan berprofesi sebagai pejabat,
anggapan seperti itu sangat lazim
disemarakkan dan diyakini oleh sebagian masyarakat awam, demikian yang
dimaksud dengan kambing tidak akan beranak sapi.
Nah hal itulah
yang harus kita luruskan, sebagai pelajar (mahasiswa) yang hidup di
tengah-tengah masyarakat kita mempunyai tugas & tanggung jawab penuh untuk menyampaikan
misi dalam rangka menumbangkan anggapan-anggapan fatal yang menjalar dan
menjadi salah kaprah di mata masyarakat.
Bisa jadi
salah satu faktor penyebab utamanya adalah karena pendidikan di indonesia
sangat mahal, masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan putra-putrinya ke
lembaga-lembaga pendidikan merasa putus asa kemudian menganggap sekolahan hanya
untuk orang-orang kaya saja, atau masyarakat yang penghasilannya pas-pasan
menyekolahkan putra-putrinya di lembaga-lembaga pendidikan dengan niat nantinya
setelah lulus dapat langsung bekerja dan dapat mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan
selama bersekolah. Sehingga dasar mengenyam pendidikan semata-mata agar supaya
mudah mendapatkan lowongan kerja dan karena tuntutan formalitas saja, bukan
semata-mata ingin menegakkan kebenaran sekaligus mencari ridha Allah Swt.
Memang, tak dapat dipungkiri bekerja adalah cara
untuk melengkapi hidup di dunia, dan kehidupan tidak akan lepas dari yang
namanya pekerjaan. Nabi Muhammad Saw saja yang dikenal miskin memulai bekerja
di usianya yang masih kanak-kanak dengan menggembala kambing milik penduduk
Quraisy, kemudian dilanjutkan dengan berdagang ke negeri Syam setelah remaja.
Demikian itu merupakan simbolik yang melambangkan betapa pentingnya bekerja
untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Maka jelas sudah bahwa setiap orang
yang ingin bertahan hidup harus bekerja menghasilkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Akan tetapi sangat tidak benar jika harus memusatkan tujuan
pendidikan terhadap pekerjaan. Analogikanya, jika pendidikan hanya tertumpu
pada pekerjaan maka setelah mendapatkan pekerjaan kita akan berhenti belajar,
karena tujuan utamanya telah kita gapai (bekerja).
Itu artinya belajar
(pendidikan) terikat oleh ruang dan waktu, dan sangat tidak sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan oleh Allah Swt bahwa mencari ilmu wajib dimulai dari
sejak lahir ke dunia sampai ajal menjemput, tidak terikat oleh ruang &
waktu kecuali kematian.
Adapun niat yang harus menjadi pondasi utama adalah Li
I’la I kalimatillah (menjunjung tinggi kalimat Allah)
Jadi, dapat kita simpulkan
bahwa tujuan mengenyam pendidikan adalah
untuk mengetahui apa yang belum kita ketahui sekaligus mencari ridhaNya baik di
dunia maupun di akhirat. Oleh sebab itu pekerjaan tidak harus menjadi titik
tumpu utama pendidikan. Akan tetapi dengan belajar, menuntut ilmu di
lembaga-lembaga pendidikan dan sebagainya, kita akan memperoleh banyak ilmu,
tidak terkecuali ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan.
Allah Swt telah berjanji akan mengangkat derajat
orang-orang yang berilmu, tentunya Allah tidak bermain-main dengan janji
tersebut, masalah rejeki sudah diatur dan hal itu akan bergantung pada ilmu
yang kita miliki.
Jika kita memfokuskan pada apa
yang telah ditetapkan, Insya Allah ilmu yang kita peroleh tidak hanya
bermanfaat di dunia saja, melainkan juga bermanfaat fil dun’ya wal akhirot
Yang terakhir, peran kita sebagai pelajar adalah
bagaimana meluruskan niat dan memberantas anggapan miring masyarakat bahwa
eksistensi serta tujuan daripada pendidikan bukan semata-mata untuk mendapatkan
pekerjaan atau hanya formalitas belaka, tetapi mutlak karena kewajiban yang
harus didasari dengan niat mencari ilmu untuk menegakkan kalimat Allah Swt.
0 komentar:
Posting Komentar