Senin, 29 April 2013

Antara Pekerjaan & Formalitas



“gebey apa a sakola, tak kera dheddi presiden keya, embi’ tak kera a budu’ sape” (buat apa sekolah, gak bakalan jadi presiden juga, kambing gak bakalan beranak sapi). Kalimat seperti itulah yang sering saya temui di kalangan masyarakat pedalaman madura yang tergolong awam tentunya, atau mungkin juga kerap kali terlontar oleh penduduk-penduduk lain di luar madura yang tinggal di pedalaman dan belum pernah menjalani proses apalagi menikmati hasil pendidikan. Anak seoarang petani tidak akan berprofesi sebagai pejabat, anggapan seperti itu sangat lazim  disemarakkan dan diyakini oleh sebagian masyarakat awam, demikian yang dimaksud dengan kambing tidak akan beranak sapi.
Nah hal itulah yang harus kita luruskan, sebagai pelajar (mahasiswa) yang hidup di tengah-tengah masyarakat kita mempunyai tugas & tanggung jawab penuh untuk menyampaikan misi dalam rangka menumbangkan anggapan-anggapan fatal yang menjalar dan menjadi salah kaprah di mata masyarakat.
Bisa jadi salah satu faktor penyebab utamanya adalah karena pendidikan di indonesia sangat mahal, masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan putra-putrinya ke lembaga-lembaga pendidikan merasa putus asa kemudian menganggap sekolahan hanya untuk orang-orang kaya saja, atau masyarakat yang penghasilannya pas-pasan menyekolahkan putra-putrinya di lembaga-lembaga pendidikan dengan niat nantinya setelah lulus dapat langsung bekerja dan dapat  mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan selama bersekolah. Sehingga dasar mengenyam pendidikan semata-mata agar supaya mudah mendapatkan lowongan kerja dan karena tuntutan formalitas saja, bukan semata-mata ingin menegakkan kebenaran sekaligus mencari ridha Allah Swt.

                Memang, tak dapat dipungkiri bekerja adalah cara untuk melengkapi hidup di dunia, dan kehidupan tidak akan lepas dari yang namanya pekerjaan. Nabi Muhammad Saw saja yang dikenal miskin memulai bekerja di usianya yang masih kanak-kanak dengan menggembala kambing milik penduduk Quraisy, kemudian dilanjutkan dengan berdagang ke negeri Syam setelah remaja. Demikian itu merupakan simbolik yang melambangkan betapa pentingnya bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Maka jelas sudah bahwa setiap orang yang ingin bertahan hidup harus bekerja menghasilkan nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi sangat tidak benar jika harus memusatkan tujuan pendidikan terhadap pekerjaan. Analogikanya, jika pendidikan hanya tertumpu pada pekerjaan maka setelah mendapatkan pekerjaan kita akan berhenti belajar, karena tujuan utamanya telah kita gapai (bekerja).
Itu artinya belajar (pendidikan) terikat oleh ruang dan waktu, dan sangat tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah Swt bahwa mencari ilmu wajib dimulai dari sejak lahir ke dunia sampai ajal menjemput, tidak terikat oleh ruang & waktu kecuali kematian.

                Adapun niat yang harus menjadi pondasi utama adalah Li I’la I kalimatillah (menjunjung tinggi kalimat Allah)
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa tujuan mengenyam pendidikan  adalah untuk mengetahui apa yang belum kita ketahui sekaligus mencari ridhaNya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh sebab itu pekerjaan tidak harus menjadi titik tumpu utama pendidikan. Akan tetapi dengan belajar, menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan dan sebagainya, kita akan memperoleh banyak ilmu, tidak terkecuali ilmu yang berkaitan dengan pekerjaan.

                Allah Swt telah berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, tentunya Allah tidak bermain-main dengan janji tersebut, masalah rejeki sudah diatur dan hal itu akan bergantung pada ilmu yang kita miliki.
Jika kita memfokuskan pada apa yang telah ditetapkan, Insya Allah ilmu yang kita peroleh tidak hanya bermanfaat di dunia saja, melainkan juga bermanfaat fil dun’ya wal akhirot

                Yang terakhir, peran kita sebagai pelajar adalah bagaimana meluruskan niat dan memberantas anggapan miring masyarakat bahwa eksistensi serta tujuan daripada pendidikan bukan semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan atau hanya formalitas belaka, tetapi mutlak karena kewajiban yang harus didasari dengan niat mencari ilmu untuk menegakkan kalimat Allah Swt.

0 komentar: