Minggu, 16 Juni 2013

Reog Resi Bismo Dewa Brata



 
1.       Sejarah
Reog ini berada di desa talkondo, kabupaten Bantul.  Reog ini dimulai dari perbincangan masyarakat di warung kopi dan muncullah ide untuk membuat reog atas kesamaan kecintaan masyarakat terhadap kesenian. Kesenian itu diambil dari cerita wayang kulit dan diangkat menjadi wayang orang yang kemudian mereka pentaskan di desa talkondo dan sekitarnya sampai sekarang.
Pada tahun 1976 tersebut seorang warga masyarakat talkondo yang mempelopori dan mengajak teman-temannya untuk mengadakan reog tersebut yaitu bapak almarhum sastro suharjo.yang kemudian oleh perkumpulan perorangan tersebut mengundang pelatih (dalang wayang) untuk mengajari gerakan wayang kepada mereka. Kegiatan tari reog ini didirikan dari orang-orang yang tidak mempunyai latar belakang seni. Mereka hanya menonton bareng-bareng wayang kulit dan mengeksplorer ke tarian orang dengan bantuan dalang wayang kulit.
Reog adalah warisan turun temurun dari nenek moyang. Reog ini berkembang dan semakin diminati. Budaya seperti ini haruslah dilestarikan, sampai akhirnya pada tahun 1980 dibentuklah struktur organisasi untuk mewadahi kegiatan tersebut pada program panca maruda. Reog ini diwadahi agar menjadi warisan budaya yang dilakukan terus-menerus dari generasi ke generasi. Reog ini kemudian dinamakan REOG RESI BISMO DEWABRATA, karena selain resi bismo adalah tokoh pewayangan yang paling tua, resi bismo dewabrata juga ada kaitannya dengan sejarah desa talkondo,. Kata bismo tersebut juga melahirkan nama kepanjangan yaitu ”BINA SENI MASYARAKAT”.
Talkondo sendiri  merupakan tempat pertapaan resi bismo yang diperintahkan oleh ayahnya yaitu sentanu, dan ada juga  tokoh ulama sesepuh pendiri desa tersebut yaitu kyai talkih namun beliau sudah lama wafat. Makamnya ada di pemakaman umum talkondo. Awal mulanya dari cerita desa ini yaitu ketika zaman dahulu rakyat talkondo mempercayai bahwa desanya tempat bertapa para dewa. Yaitu dewa bisma yang sering disebut bismo oleh para masyarakat talkondo. Bisma ini diperintahkan oleh ayahnya sentanu untuk bertapa (ngetalkondo) didesa ini. Sehingga desa ini bernama desa talkondo. Karena nama desa ini di ambil dari cerita yang dipercaya masyarakat yaitu ngetalkondo diambil menjadi talkondo untuk nama desa ini, sehingga reog pun dengan berkembangnya zaman dirubah menjadi reog resi bismo diambil dari tokoh utama pewayangan  di desa talkondo ini.
Reog ini dibangun dengan kerja keras dan semangat keras. Mimpi dari pada pendiri dan wujud kecintaannya kepada budayamembuahkan hasil sampai sekarang. Semangat itu juga diwariskan kepada anggota reog resi bism dewabrata, meskipun mereka harus merogoh kocek saat pementasan, bukan malah mendapatkan materi, namun ada kepuasan dan rasa senang akan budayanya.
2.       Tokoh dan struktur organisasi
Tokoh yang diperankan pertama kali pada reog ini, ada 12 tokoh utama dan 4 tokoh tambahan, yang keseluruhan ada 16 pemain.
16 pemain tersebut terdiri dari :
a.       Pengarep (lembatak sepasang) yang bersifat melindungi
b.      Janoko kembar                                                yang berwatak halus, ganteng perangainya namun suka kawin
c.       Gatot kaca dan sutejo                    yang berwatak pahlawan
d.      Antareja dan Baladewa                 yang berwatak prajurit
e.      Janoko dan cakil                               yang berperan prajurit juga
f.        Ketek butho gimbal                        yang mencari kesaktian badan
Dan tokoh tambahannya adalah punakawan yaitu semar, petruuk, gareng dan bagong yang bersifat jujur, setia dan menjadi pesuruh atau kongkonan.
Okoh diatas merupakan tokoh yang bisa dikategorikan komplit, sedangkan pada perkembangannya, tokoh ini sekarang diperankan minimal 24 orang dan maksimal tidak terbatas, tergantung dengan ketersediaan pemain yang ikut serta dalam reog ini. Tokoh ini haruslah genap, karena nantinya akan dikisahkan peperangan yang kesemua pemain haruslah berpasang-pasangan dan mempunyai lawannya semdiri-sendiri. Sa’at ini biasanya pemain yang dipakai ada 32 karakter, yang meliputi:
a.       Lembatak sepasang
b.      Penurung (2 orang)
c.       Bambangan (janoko kembar)
d.      Sembrodo
Ket: biasanya 3 cewek,namun bisa lebih. Menyesuaikan anggota pewayangan
e.      Janoko dan karno
f.        Kenyuk (ketek cilik)
g.       Janoko dan cakil
h.      Sencaki (aslinya sentyaki) dan kurawa
i.         Gatot kaca dan suteja
j.        Anta reja dan baladewa
k.       Indrajit dan wibisono
l.         Butho gimbal (4 orang) dan ketek (putih, hitam, merah, hijau, kuning)
Ket : Butho gimbal menyesuaikan jumlah ketek yang dimainkan, jika ketek ada 4 maka butho gimbalnya ada 4.
m.    Sugriwo dan subali
n.      Kumbo karno dan ketek
o.      Dasamuko dan anoman
p.      Sinto (2 orang)
struktur organisasi:
pengayom                                      : sunaryatman dan sunaryono
pelatih                                              : mas pur (sekaligus perias), ponco, broto.
ketua                                                : 1. Sunardi, 2. Rosidi
bendahara                                      : ngadiman
bendahara 2                                   : mulyono
sekretaris                                        : arif dan sudaryatno
seksi keamanan                            : heru, pentul
seksi penerangan                        : triyono, marno
seksi p3k                                          : resti, harsa
koordinat lapangan                     : Setihandoko, Rosmidi, Tukiyo
3.       Anggota baru
 Anggota ini didapat dengan cara pendaftaran, kemudian diseleksi dan dicarikan karakter sesuai dengan perangai,gerakan tangan dan bentuk wajah. Setelah itu seluruh pemain wajib mengikuti pelatihan. Mayoritas para anggota mengikuti kegiatan reog ini karna kesenangan. Meskipun mereka mereka tahu bukan hanya waktu, tenaga, fikiran, dan bahkan uang mereka sendiri untuk sewa costum dan lain-lain, namun semua itu terbayar hanya dengan rasa senang dan kecintaan mereka terhadap budaya nenek moyang. Sampai saat ini pemainnya masih terdiri dari daerah talkondo semua, namun pelatih atau dalang masih menyewa dari luar.
4.       Pendanaan
Sumber dana:
1.       Iuran anggota
Setiap anggota ditarik dana untuk sewa baju sendiri-sendiri dan biaya rias sendiri.
2.       Iuran masyarakat.
Masyarakat ditarik dari rumah ke rumah, terutama yang dipandang mampu seperti PNS dan juragan warung/toko di desa Talkondo.
3.       Iuran masyarakat yang bekerja diluar kota
Banyak masyarakat talkondo yang bekerja diluar kota dan pada setiap akan pementasan mereka dimintai dana untuk pementasan didesanya.
4.       Donator-donatur
Donature-donature ini meliputi pihak-pihak dari luar yang menyumbangkan dana tanpa pamrih ataupun menyewa reog resi bismo dewabrata.
Sudah mengajukan ke dinas pemerintahan, dijanjikan 21 april namun sampai sekarang dananya tidak turun.
setiap kali pentas pengeluaran paling tidak 9 juta, meliputi:
Konsumsi 2,5 juta
Sewa pakaian  60.000+rias 15.000 x 32 wayang sudah 3 juta
Penabuh 1 juta
Transportasi truck 2 mobil 5
Jetset sama lampu 250 belum bensinnya.
Pelatihan 250 sekali latihan.
Pengeluaran :
Dana yang dikeluarkan itu
Dana ditarik setiap ada even. Anggota itu iuran 30% yang lain dari warga dan donator.
5.       Waktu pementasan
Setiap ada even, pas liburan, atau misalnya pak walikota berkunjung, dan setiap ada undangan.
Latihan setiap mau even sebulan atau 2 bulan full sebelum pentas 3 kali setiap minggu. Pentas biasanya 8 pagi sampai 10 malam.
Sewa minimal 300, dihitung dari perang yang akan ditunjukkan, ada perang yang lama, dan ada perang yang sebentar waktunya. Kalau sewanya tinggi bisa memilih bebas perangnya dan yang rame perangnya.
6.       Alat music
Sudah dikolaborasi dengan alat music baru. Yang murni dulu paling gamelan
Alat music sudah milik sendiri. Alat-alat musiknya seperti gamelan, bende, dondok (4) saron (3) gong (2) kendang (1) dan drum.
7.       Costum itu masih nyewa
Bayar per kostum bayar sendiri-sendiri per anggorta yang pentas, sewa baju 60.000 dan tata rias 15.000
Iuran masyarakat meliputi : orang desa yang bekerja ke luar kota biasanya 200-300, warga terutama pns dan pedagang warung kemudian masyarakat.
Pernah ngajukan proposal ke dinas pariwisata dan kebudayaan, dijanjikan turunnya 21 april 2013 tapi belum turun.
8.       Pesan moral
a.       Perseteruan dari perang buruk dengan baik dan kemudian yang baik dan menang. Mengajak warnga untuk mencintai budaya dan melestarikan budaya. Perwatak punya pesan, seperti anoman rupanya buruk tap hatinya baik, jangan seperti buto rupanya jelek hatinya juga jelek.
9.       Perbedaan resi bismo dengan yang lain
Kalo dibantul ada banyak reog, kalo di sleman jathilan, dan bedanya di corak. Tarian yang asli masih ada, dan hanya ditambahi gerakannya. Hanya sedikit campura tangan dengan budaya islam.
Sudah modern, berubah total, tapi gerakannya gak bisa dirubah, Cuma menambahkan. Seperti alat music juga ditambahi
Alur cerita pertahun ganti. Ceritanya seperti negeri ngalengko, anoman obong dll.
Ada variasi namun dasarnya masih utuh, intinya sama namun penyampaiannya yang berbeda.
Setiap dalang berbeda cara penyampaiannya namun dan intinya sama. Dalangnya adalah pelatih. Corak dan versi pewayangannya.
10.   Kendala
Pendanaan setiap pentas masih harus nyewa kostum, dan tidak mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Proposal tidak pernah diterima karena tidak mempunyai orang dalam. Wayang itu sudah capek malah bayar,
Setiap pentas bukan untuk acara pernikahan atau sunatan, tapi hanya untuk senang-senang dan melestarikan budaya. Setiap rute perjalanan pementasan ditawari siapa yang mau nyewa.
Inilah yang harus kita pelajari, banyak orang diluar sana yang mau menyisihkan dan berkorban untuk mencintai budaya, namun apakah kita akan membiarkan budaya kita hilang dengan sendirinya atau membiarkan budaya itu atau bahkan tidak mau tau…??? Mari kita cintai budaya kita dari hal yang paling kecil.

0 komentar: